Test Footer

Wednesday, July 24, 2013

Tajamnya Sang Lidah

Assalamu'alaikum wr. Wb.

Tajamnya Sang Lidah

Lidah merupakan alat untuk berbicara, mengajar,
memberi petunjuk kepada manusia terhadap kebenaran, dan juga alat
untuk menggunjing, mengumpat, memaki, mengejek, dan
berbohong. Dengan demikian, peran aktivitas lidah sangat luas.
Jika manusia tidakmampu mengontrol lidahnya dengan baik, niscaya ia akan
menimbulkan berbagai kerusakan dan penyimpangan yang
akhirnya melahirkan kesengsaraan dan kehancuran bagi dirinya di
dunia dan akhirat.


Allah swt berfirman:
ﻻﺧﻴﺮ ﻓﻲ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﻧﺠﻮﻯﻬﻢ ﺍﻻ ﻣﻦ ﺃﻣﺮ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﺃﻭ ﻣﻌﺮﻭﻑ
ﺃﻭ ﺍﺻﻼﺡ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ
“Tak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan
mereka, kecuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah atau berbuat makruf, atau mengadakan
perdamaian diantara manusia.” (al-Nisa’: 114)

Dari ayat dapat dipahami bahwa sebagian besar
aktivitas lidah tidak memberikan manfaat, malah sebaliknya,
mendatangkan kerugian dan merusak kebaikan. Ketika lidah tidak
terkontrol dan terjaga dengan baik, maka sebagai akibatnya,
aktivitas seluruh anggota tubuh lainnya juga tak akan
membuahkan hasil yang baik, yang karenanya menjadi tidak
bermakna.

Seseorang bertanya kepada Rasulullah S. A. W. tentang
tergantung pada apakah keselamatan itu. Beliau S. A. W.
menjawab, “jagalah lidahmu.”

Allah S. W. T. berfirman:
ﻣﺎ ﻳﻠﻔﻆ ﻣﻦ ﻗﻮﻝ ﺍﻻ ﻟﺪﻳﻪ ﺭﻗﻴﺐ ﻋﺘﻴﺪ
“Tiada ucapan yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”(Qâf: 18)

Berdasarkan ayat ini, diketahui dengan jelas bahwa
setiap kata dan kalimat yang diucapkan lewat lidah, akan dicatat
dan disimpan, baik yang bermanfaat maupun yang buruk dan
merugikan.
Karena itu, manusia harus benar-benar mengontrol
lidahnya dan tidak digunakan kecuali untuk hal-hal yang
bermanfaat. Seyogianya kita senantiasa menyadari bahwa pada
dasarnya kepribadian manusia terletak pada lidahnya, yang
menurut ungkapan Sa’di:
Tatkala seorang belum berbicara
Cacat dan keahliannya tersembunyi
Rasulullah saww bersabda,
ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﺃﺷﺪ ﻣﻦ ﺿﺮﺏ ﺍﻟﺴﻴﻒ
“Bencana yang disebabkan oleh lidah lebih buruk
ketimbang (yang disebabkan oleh) hantaman sebilah pedang”.
(Bihâr al-Anwâr, 71/286)
Imam Ali as berkata:
ﻓﻜﺮ ﺛﻢ ﺗﻜﻠﻢ ﺗﺴﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻟﻞ
“Berpikirlah kemudian berbicaralah pasti engkau
selamat dari ketergelinciran”.(Ghurar al-Hikam, hal:228)
Dari Imam Baqir as. beliau berkata:
ﻻﻳﺴﻠﻢ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﺣﺘﻰ ﻳﺨﺰﻥ ﻟﺴﺎﻧﻪ
“Tak seorang pun selamat dari dosa sehingga ia
menyimpan lidahnya”. ( Bihâr al-Anwâr, 78/178)
Seringkali ucapan/ pertanyaan –sekalipun- yang kita
lontarkan tidak ada manfaat, seperti ‘apakah kamu puasa?’,
walaupun hal itu sepertinya tidak merugikan, namun ketika orang
yang ditanya ingin menjawab ‘ya’, dikhawatirkan akan muncul
riya’ dalam hatinya, dan ketika dia ingin menjawab ‘tidak’, maka
dia telah berbohong. Maka, dengan pertanyaan seperti itu saja kita
telah membuat orang kesusahan untuk menjawab, sedangkan
kita boleh membuat orang kesusahan.
Lalu, bagaimana dengan ucapan-ucapan kita yang lain?
Sekiranya dalam satu jam saja kita berkomunikasi dengan teman
kita, berapa banyakkah ucapan yang kita ucapkan? Berapa yang
bermanfaat? Dan berapa yang tidak bermanfaat? Apakah lebih
banyak yang bermanfaat? Atau lebih banyak yang tidak
bermanfaat? Atau bahkan tidak ada yang bermanfaat?


Sungguh benar apa yang telah difirmankan Allah swt
dalam surat al-‘Ashr : “demi masa, sungguh manusia benar-
benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan mal yang baik, dan saling tolong-menolong
dalam kebenaran dan saling tolong-menolong dalam kebenaran”.

Selalunya manusia melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat
bahkan merugikan baik untuk dirinya maupun orang lain.

Semoga bermanfaat.. Tetap istiqomah dijalan Allah. Aamiin

wassalaumu'alaikum wr. Wb.

0 comments:

Post a Comment